Rabu, 01 Desember 2010

Biografi bob sadino – pengusaha sukses dari indonesia

Biografi bob sadino – pengusaha sukses dari indonesia

Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.


Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.

Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.

Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.

Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

Anak Guru

Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.

Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.

Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”

Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.

”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.

Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.

Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.

Nama :
Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam

Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)

Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)

Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981

Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618

Referensi :

- http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino

Rabu, 17 November 2010

penerapan komunikasi dalam organisasi pemuda / mahasiswa

penerapan komunikasi dalam organisasi pemuda / mahasiswa

1 .Pendahuluan

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain . Komunikasi juga sebagai suatu proses dimana orang – orang bermaksud memberikan pengertian – melalui pengiringan berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula, sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi .

2 .Isi

Menurut Raymond V. Lesikar beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi organisasi yaitu :
Saluran komunikasi formal mempengaruhi efektifitas komunikasi dalam 2 cara . Pertama, liputan saluran formal semakin melebar sesuai perkembangan dan pertumbuhan organisasi . Sebagai contoh, komunikasi efektif biasanya semakin sulit dicapai dalam organisasi yang besar dengan cabang – cabang yang menyebar . Kedua, saluran komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi tingkat – tingkat organisasi . Sebagai contoh, karyawan lini perakitan hampir selalu mengkomunikasikan masalah – masalah pada penyelia ( mandor ) mereka dan bukan pada manajer pabrik . Keterbatasan ini mempunyai kebaikan ( seperti menghindarkan manajer atas dari informasi yang seharusnya mereka peroleh ) .
Struktur wewenang organisasi mempunyai pengaruh yang sama terhadap efektifitas organisasi . Perbedaan kekusaan dan kedudukan ( status ) dalam organisasi akan menentukan pihak – pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan ketepatan komunikasi . Sebagai contoh, percakapan antara direktur perusahaan dengan karyawan akan dibatasi formalitas dan kesopanan, sehingga tidak ada pihak yang berkehendak untuk mengatakan sesuatu yang penting .
Spesialisasi jabatan biasanya akan mempermudah komunikasi dalam kelompok – kelompok yang berbeda . Para anggota suatu kelompok kerja yang sama akan cenderung berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas, waktu, dan gaya yang sama . Komunikasi antara kelompok – kelompok yang sangat berbeda cenderung dihambat .
Pemilikan informasi berarti bahwa individu – individu mempunyai informasi khusus dan pengetahuan tentang pekerjaan – pekerjaan mereka . Sebagai contoh, manajer produk akan mempunyai pengamatan yang lebih tajam dalam perumusan strategi –strategi pemasaran, kepala departemen mungkin mempunyai cara tertentu yang efektif untuk menangani konflik diantara para bawahannya . Individu – individu yang memiliki informasi – informasi khusus ini dapat berfungsi efektif daripada lainnya, dan banyak diantara mereka yang tidak bersedia membagikan informasi tersebut kepada yang lain .
Ada 4 macam jaringan komunikasi, dalam jaringan ” lingkaran “, sebagai contoh, B hanya dapat berkomunikasi dengan A dan C . Untuk berkomunikasi dengan E, B,harus melalui A atau melalui C dan D . Pola “ rantai “, menunjukkan 2 bawahan ( A dan E ) yang melapor kepada atasan mereka ( B dan D ), yang selanjutnya oleh B dan D dilaporkan kepada C . Pada jaringan “ bintang “, C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E, walaupun mereka ini tidak dapat berkomunikasi langsung satu sama lain . Sedangkan jaringan “ huruf Y “, bisa terdapat dalam bagian sekretariat dimana surat – surat diterima oleh E, disortir oleh D, dan didistribusikan kepada A dan B oleh C .
Komunikasi juga ada yang berupa informal yaitu adalah hal yang penting juga dalam aliran komunikasi organisasi . Tipe komunikasi informal yang paling terkenal adalah “ grapevine “ ( mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari desas – desus, kabar angin, atau “ slentingan “ ) . Di lain pihak, komunikasi “ grapevine “ mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi . Banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi ini lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi . Manajer harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama “ grapevine “ tidak dapat dihilangkan . Bahkan, sebaiknya manajer perlu memahami dan menggunakan “ grapevine “ sebagai pelengkap komunikasi formal .

3 .Kesimpulan

Komunikasi sangatlah diperlukan untuk seorang manajer karena dengan adanya komunikasi adalah proses dimana fungsi – fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai dan komunikasi merupakan para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka .

4 .Daftar Pustaka

Buku Manajemen Karangan T. Hani Handoko Universitas Gadjah Mada

penerapan pengarahan/motivasi pada organisasi pemuda

penerapan pengarahan/motivasi pada organisasi pemuda

1.Pendahuluan


Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen - POLC :
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.

 2.Isi

Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang.hingga dia melakukan suatu tindakan.
Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi menunjuk kepada sebab, arah, dan persistensi perilaku. Kita bicara mengenai penyebab suatu perilaku ketika kita bertanya tentang mengapa seseorang melakukan sesuatu. Kita bicara mengenai arah perilaku seseorang ketika kita menanyakan mengapa ia lakukan suatu hal tertentu yang mereka lakukan. Kita bicara tentang persistensi ketika kita bertanya keheranan mengapa ia tetap melakukan hal itu (Berry, 1997).
Pada organisasi pemuda di perlukan motivasi agar semangat para anggota tetap dalam jalan yang benar hingga tujuan organisasi tersebut tercapai hendaknya.
3.Kesimpulan

Motivasi dalam suatu organisasi berperan penting dalam menjaga nilai-nilai tujuan organisasi tersebut. Suatu organisasi hendaknya mempunyai motivator yang mampu mengarahkan anggotanya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi tersebut.

4.Daftar Pustaka
http://www.google.com

penerapan kepemimpinan pada organisasi pemuda

penerapan kepemimpinan pada organisasi pemuda

 
1.Pendahuluan

Salah satu definisi kepemimpinan adalah daya untuk mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk bergerak mencari tujuan, Kepemimpinan berarti keterampilan yang dimiliki seseorang untu...k mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran . Pemimpin yang baik dalam memimpin suatu organisasi merupakan faktor besar dalam keberhasilan organisasi tersebut.

2.Isi

Kepemimpinan memiliki 2 gaya dalam berhubungan dengan bawahannya, yaitu :
1. Gaya dengan orientasi tugas ( task – oriented ) yaitu pemimpin yang mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya . Dengan kata pemimpin ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan .
2. Gaya dengan orientasi karyawan ( employee – oriented ) yaitu pemimpin yang mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka . Dengan kata lain dia mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas – tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan – hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok .
Kepemimpinan dalam suatu organisasi akan menentukan bagaimana struktur, sistem dan budaya dipelihara dan diperkembangkan sehingga terjadi "gerak" bersama untuk mencapai misi organisasi tersebut.
Di balik praktek kepemimpinan situasional terdapat suatu filosofi bahwa seorang pemimpin haruslah mengubah orang lain, meneladani, serta telaten mengamati kemajuan dari orang yang ia pimpin. Ia harus memiliki sensitivitas untuk mem"baca" siapa yang ia pimpin sehingga dapat menentukan gaya memimpin yang paling cocok bagi mereka. Kepemimpinan mampu membaca dengan akurat siapa yang dipimpinnya. Selain itu penerimaan atas keterbatasan dan keunggulan tiap orang yang dipimpinnya

3,Kesimpulan

Kepemimpinan yang efektif seharus memperhatikan lagi sifat – sifat serta gaya – gaya yang telah diberikan oleh para ahli agar menjadi seorang pemimpin yang baik dan benar . Oleh karena pentinggnya pemimpin dalam suatu organisasi maka pemimpin hendaklah mempunyai sifat efektif dan efisien dalam megambil segala keputusan demi tercapainya tujuan utama organisasi yang dipimpinya tersebut.

4.Daftar Pustaka

www. google .com

Penerapan Penggerakan pada Organisasi Pemuda atau Mahasiswa

Penerapan Penggerakan pada Organisasi Pemuda atau Mahasiswa

Pendahuluan

Pengornanisasian merupakan suatu bentuk dari pengaturan suatu organisasi yang dilaksanakan oleh para angotanya untuk mencapai maksud dan tujuan kelompok atau organisasi tersebut. Berbicara tentang penggerakan pada organisasi pemuda maka tentu dirasakan efek atas apa terjadi pada pergerakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang terjadi sejak dulu. Dan dapat kita rasakan hasilnya pada saat ini.

Isi

Ada beberapa fungsi manajemen , yaitu :

1. Perencanaan (planning)

2. Pengorganisasian (organizing)

3. Penggerakan (actuating)

4. Pengawasan (controlling)

Dalam hal ini , kita akan membahas tentang penggerakan atau actuating . Pada setiap organisasi , haruslah ada penggerak nya . Tanpa ada penggerakan dalam organisasi , maka organisasi tsb tidak akan berjalan sesuai rencana .

Penggerakan (Actuating)
Setelah perencanaan disusun secara matang dan kemudian dilakukan pengorganisasian kerja, maka tahap manajemen berikutnya adalah penggerakan (actuating) terhadap orang-orang yang sesuai dengan rencana dan organisasi yang telah ditetapkan. Jadi penggerakan itu pada prinsipnya adalah menggerakkan orang-orang melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Penggerakan ini juga sering disebut “pelaksanaan”. Fungsi manajemen ini merupakan kegiatan untuk membuat orang lain suka dan dapat bekerja dengan baik. Pada dasarnya menggerakkan orang itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, untuk dapat menggerakkannya, dituntut keterampilan seorang pemimpin yang memiliki kemampuan serta seni dalam menggerakkan orang lain untuk berbuat. Kemampuan atau seni untuk menggerakkan orang lain disebut “kepemimpinan” (leadership).Fungsi-fungsi pergerakan antara lain: 1. Untuk mempengaruhi seseorang supaya bersedia menjadi pengikut. 2. Menggunakan daya resistensi pada seseorang atau banyak orang. 3. Untuk membuat seseorang suka mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. 4. Untuk mendapatkan atau memelihara serta memupuk kesetiaan, loyalitas dan dedikasi kepada pemimpin, tugas serta organisaasi tempat mereka bekerja. 5. Untuk menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab secara penuh kepada seseorang atau banyak orang dan terhadap Tuhannya, negara, masyarakat serta tugas yang diembannya. (Julitriasa & Suprihanto, 1988:66).Untuk fungsi manajemen (actuating) ini berkaitan erat dengan manusia dan merupakan masalah yang kompleks serta yang paling sulit dilakukan dari semua fungsi manajemen. Penggerakan ini merupakan fungsi penting dalam manajemen, karena bagaimanapun modernnya peralatan, tanpa dukungan manusi belum berarti apa-apa. Menggerakan manusia marupakan hal yang sulit, karena manusia yang bekerja adalah makhluk hidup yang memiliki harga diri, perasaan dan tujuan yang berbeda-beda. Jelasnya penggerakan (actuating) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggiring, mengarahkan dan mengatur orang lain kesegala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakannya.

Penutup

Penggerakan dalam setiap organisasi sangatlah penting . Kita sebagai mahasiswa atau pemuda seharusnya menjadi penggerak dalm organisasi yang kita tangani . Tanpa hal tersebut , maka kita tidak akan mencapai tujuan dan cita cita kita bersama .

Daftar Pustaka

http://google.com

Penerapan Perencanaan pada Organisasi Pemuda

Penerapan Perencanaan pada Organisasi Pemuda

I.Pendahuluan

Mahasiswa merupakan bagian dari lapisan masyarakat yang mempunyai tanggung jawab moral terhadap kemajuan bangsa. Hal ini dapat dipahami karena mahasiswa merupakan sebagian... dari generasi muda terbaik di negeri ini yang memiliki kemampuan yang lebih karena mempunyai dasar keilmiahan dan idealisme sebagai generasi penerus bangsa. Mahasiswa merupakan tumpuan harapan masarakat dalam proses perubahan yang dinamis dan positif. Mahasiswa Perencanaan mempunyai posisi yang strategis dalam mewujudkan keseimbangan dan keadilan.
Bahwa posisi dan peran yang sangat penting tersebut merupakan tanggung jawab sekaligus tantangan bagi Mahasiswa Perencanaan untuk senantiasa meningkatkan peran dalam menciptakan karya-karya nyata dalam pembangunan dengan mempertimbangkan semua aspek perencanaan secara komprehensif dan berkelanjutan untuk menigkatkan kualitas ruang, serta senantiasa menjunjung tinggi etika profesionalisme yang berwawasan kerakyatan dan keadilan.

II.Isi

Latar Belakang Pendidikan tinggi merupakan bagian dari system pendidikan nasional, mempunyai tujuan umum sebagaimanatercantum dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor : 30 Tahun 1990, yaitu : 1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademikdan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian sertta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

1. Peran Mahasiswa

1.1 Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi, kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi bangsa.

1.2 Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.
Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga oleh mahasiswa, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang kebenaran ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di masyarakat.

2. Posisi Mahasiswa

Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.

III.Kesimpulan

Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.

IV.Daftar Pustaka
http://impijatengdiy.com/
http://google.com/

Penerapan Manajemen Pada Dunia Usaha

Penerapan Manajemen Pada Dunia Usaha

PENDAHULUAN

Pola operasional pada tingkat satuan usaha telah mengarah pada berkembangnya Internasionalisasi operasi dunia usaha yang akhirnya mengarah pada globalisasi baik dalam operasi maupun dalam pemasaran. Dengan demikian mengglobalnya dunia, maka batas-batas negara dunia telah berakhir.

ISI

Segala upaya yang dilakukan dalam meraih tujuan suatu perusahaan harus dengan efektivitas penggunaan sumber daya yang efektiv dan efisien. dan seiring berkembangnya perusahaan maka akan meningkat pula kegiatan dalam perusahaan tersebut.perusahaan yang besar membutuhkan organisasi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan, mengawasi, serta mengevaluasi kinerjanya agar dapat mencapai tujuan umum perusahaan tersebut. karena hal tersebut kegiatan manajemen akan semakin kompleks pula. kegiatannya antara lain adalah perencanaan dan pengendalian. perencanaan maksudnya untuk menetapkan arah yang dituju perusaan dancara untuk mencapai tujuan itu. penendalian adalah proses teratur yang membantu perusahaan dalam melaksanakan rencana untukmeraih tujuan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.

Kebutuhan peran strategi dalam perusahaan timbul karena adanya faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi usaha atau bisnis itu sendiri. Strategi dapat dibuat secara tertulis atau secara konstan, karena terkadang seseorang yang memang pada dasarnya sudah memilki jiwa kewirausahan, biasanya ia sudah memiliki dan mampu memperkirakan strategi apa yang akan dilakukan terhadap kemungkinan berbagai kondisi yang akan timbul pada saat pendirian maupun saat bisnis itu sudah berjalan. Nah, apa sih sebenarnya arti dari strategi itu sendiri, berikut pengertiannya menurut beberapa sumber dan para ahli:
Oxpord Pocked Dictionary
Merupakan seni perang, khususnya perencanaan gerakan pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak, rencana tindakan atau kebajikan dalam bisnis atau politik dan sebainya.
Alfred Chandler (1962) Strategy and structure
Merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.
Robert D Buzzell & Bradley T Gale (1987)
Strategi adalah kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen yang mempunyai dampak yang besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya melibatkan komitmen sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan mudah.
Kenneth Andrew (1971) The Concept of Corporate Strategy
Strategy adalah pola sasaran, maksud atau tujuan dan kebijakan serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis yang di anut atau yang akan di anut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi apa perusahaan ini.
Kenichi Ohmae (1983) The mind of the Strategist
Sesungguhnya tentang apakah strategy bisnis itu….. adalah, dalam satu kata adalah keunggulan bersaing…. Satu-satunya maksud perencanaan strategy adalah untuk memungkinkan suatu perusahaan memperoleh, seefisient mungkin, kedudukan paling akhir yang dapat di pertahankan dalam menghadapi pesaing-pesaingnya. Jadi strategi perusahaan merupakan upaya mengubah kekuatan perusahaan yang sebanding dengan kekuatan pesaing-pesaingnya dengan cara yang paling eficient.

Melalui formulasi dan penerapan strategi yang efektif kinerja bisnis dapat ditingkatkan. Namun karena banyaknya berbagai macam bisnis yang berkembang , sehingga penentuan strategi sulit secara rinci untuk diuraikan, mengingat rencana tindakan yang senantiasa berubah. Namun, pada umumnya ada empat unsur utama strategi yang dapat diidentifikasi, antara lain:
o Sasaran
o Pemahaman lingkungan
o Penelitian sumber daya dan kemampuan
o Penerapan yang efektif

Starategi dalam bisnis memainkan peran yang sama dengan stategi dalam permainan catur. Jika para pemain catur mampu membangun pohon keputusan yang lengkap pada permainan catur, maka mereka kan mampu mengoptimalisasikan setiap langkah mereka (wirausahawan) terhadap langkah yang akan dilakukan oleh lawan main pada setiap tahap permainan. Begitu pula dengan strategi dalam berbisnis akan sangat menetukan parkembangan dan kelangsungan hidup bisnis tersebut.

KESIMPULAN

Ada banyak cara agar perusahaan atau usaha-usaha menengah kebawah untuk meningkatkan hasil usahanya, seperti memberikan harga murah atau diskon untuk barang-barang yang dijual dan masih banyak cara agar usaha kita meningkat serta di dampingi dengan penerapan manajemen dalam setiap resiko yang kita ambil.

DAFTAR PUSTAKA
www. google . com

Penerapan Pengawasan pada Organisasi Pemuda atau Mahasiswa

Penerapan Pengawasan pada Organisasi Pemuda atau Mahasiswa



Pendahuluan

Pengorganisasian merupakan suatu bentuk dari pengaturan suatu organisasi yang dilaksanakan oleh para angotanya untuk mencapai maksud dan tujuan kelompok atau organisasi tersebut. Berbicara tentang penggerakan pada organisasi pemuda maka tentu dirasakan efek atas apa terjadi pada pergerakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang terjadi sejak dulu. Dan dapat kita rasakan hasilnya pada saat ini.

Isi

Ada beberapa fungsi manajemen , yaitu :

1. Perencanaan (planning)

2. Pengorganisasian (organizing)

3. Penggerakan (actuating)

4. Pengawasan (controlling)

Dalam hal ini , kita akan membahas tentang pengawasan atau controlling .

Pengawasan (Controlling)
Fungsi manajemen yang sebelumnya tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan (controlling) atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara serta peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat bersifat positif atau negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan baik dan benar. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terulang kembali.Fungsi pengawasan pada prinsipnya sejalan dengan langkah-langkahnya yang meliputi empat unsur yaitu : 1. Penetapan standar pelaksanaan. 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan. 3. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan. 4. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar (Handoko,1984:26). Fungsi pengawasan bila tidak dilakukan akan memungkinkan terjadinya kekeliruan-kekeliruan yang terus berlangsung, sehingga tiba-tiba kesalahan tersebut sudah parah dan sulit untuk diatasi. Oleh karenanya bukan hanya tujuan yang tidak tercapai namun kemungkinan dapat menimbulkan kerugian yang besar dari sebuah organisasi. Fungsi pengawasan adalah mengawasi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan untuk menjamin atau mengusahakan agar semua berhasil sesuai dengan apa yang direncanakan. Fungsi-fungsi manajemen inilah yang harus dimiliki oleh setiap lembaga organisasi untuk merealisasikan program kerjanya dan memperbaiki kinerja organisasi. Fungsi-fungsi manajemen ini juga sangat membantu bagi setiap organisasi dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Pengawasan yang efektif didasarkan pada sistem informasi manajemen yang efektif. Sistem informasi manajemen dapat ditetapkan sebagai metode formal untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh manajer agar dapat melaksanakan tugas secara efektif. Nilai informasi yang diberikan oleh sistem informasi manajemen bergantung pada kualitas, kuantitas, dapat diperoleh setiap saat dan relevan dengan kegiatan manajemen . Informasi yang dibutuhkan manejer berbeda-beda bergantung pada tingkat hierarki mereka. Misalnya, manajer pun membutuhkan informasi perencanaan strategi, manejer menengah membutuhkan sumber-sumber informasi baik yang berasal dari luar negeri dari dalam, manejer tingkat bawah yang berurusan dengan pengendalian operasi memerlukan informasi yang akurat dan sangat rinci, dan sebagian besar berasal dari dalam. Pengawasan yang efektif harus melibatkan semua tingkat manajer dari tingkat atas sampai bawah, dan kelompok-kelompok kerja. Konsep pengawasan efektif ini mengacu pada pengawasan mutu terpadu atau Total Quality Control (TOC). TOC sebagai suatu sistem untuk memadukan berbagai macam kualitas (pemeliharaan, perbaikan, pengembangan) produksi dan pemasarannya dengan tingkat harga yang paling ekonomis tetapi dapat memberikan kepuasan kepada pemakainya (Fattah,1996:106). Manajemen sebenarnya tidak hanya di perlukan dalam perusahaan saja, tetapi sebaliknya setiap organisasi apapun jenisnya memerlukan menajemen, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Bahkan organisasi yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan selalu menerapkan manajemen dalam setiap kegiatannya demi kelancaran tugas organisasi. Setiap organisasi didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau dicanangkan sebelumnya, akan berhasil bila organisasi tersebut mampu membuat suatu perencanaan, mengorganisir, memberikan pengarahan-pengarahan kerja, mengkoordinir dalam usaha untuk melakukan rencana yang telah ditetapkan, serta kemampuan organisai tersebut untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja.Tanpa adanya suatu perencanaan yang baik, kemungkinan organisasi tersebut akan mengalami suatu kegagalan atau dalam mencapai tujuan kemungkinan akan lahir suatu hal yang tidak diharapkan, berupa adanya biaya serta tenaga yang sangat besar. Ini disebabkan karena perencanaan pada hakekatnya menetpkan apa yang akan dilakukan dari proses awal sampai kapada pencapaian hasil akhir yang memuaskan. Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan bahwa sebagai bagian dari aktivitas dan tanggung jawab pimpinan, sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi, efektivitas, rasionalitas dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dalan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan, untuk: pertama, menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban. Kedua, mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban terse but. Ketiga, mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi (Soeharyo & Effendy, 2003: 99). Dengan demikian, pengawasan baru bermakna apabila diikuti dengan langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat. Dengan kata lain, tanpa tidak lanjut pengawasan sama sekali tidak ada artinya.

Penutup

Dalam suatu organisasi , pengawasan menjadi salah satu factor yang penting . Tanpa adanya pengawasan , maka kita tidak akan mengetahui apakah suatu organisasi yang kita jalankan itu baik atau tidak bagi semua orang .

Daftar Pustaka

http://google.com

penerapan pengorganisasian pada organisasi pemuda

penerapan pengorganisasian pada organisasi pemuda

oleh Obet Ubaydillah pada 11 November 2010 jam 5:16
Pendahuluan
Pengorganisasian merupakan suatu bentuk dari pengaturan suatu organisasi yang dilaksanakan oleh para angotanya untuk mencapai maksud dan tujuan kelompok atau organisasi tersebut. Berbicara tentang penggerakan pada organisasi pemuda maka tentu dirasakan efek atas apa terjadi pada pergerakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang terjadi sejak dulu. Dan dapat kita rasakan hasilnya pada saat ini.
Isi
Ada beberapa fungsi manajemen , yaitu :
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Penggerakan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)
Dalam hal ini , kita akan membahas tentang pengawasan atau controlling .

Pengawasan (Controlling) Fungsi manajemen yang sebelumnya tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan (controlling) atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara serta peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat bersifat positif atau negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan baik dan benar. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terulang kembali.Fungsi pengawasan pada prinsipnya sejalan dengan langkah-langkahnya yang meliputi empat unsur yaitu : 1. Penetapan standar pelaksanaan. 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan. 3. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan. 4. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar (Handoko,1984:26). Fungsi pengawasan bila tidak dilakukan akan memungkinkan terjadinya kekeliruan-kekeliruan yang terus berlangsung, sehingga tiba-tiba kesalahan tersebut sudah parah dan sulit untuk diatasi. Oleh karenanya bukan hanya tujuan yang tidak tercapai namun kemungkinan dapat menimbulkan kerugian yang besar dari sebuah organisasi. Fungsi pengawasan adalah mengawasi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan untuk menjamin atau mengusahakan agar semua berhasil sesuai dengan apa yang direncanakan. Fungsi-fungsi manajemen inilah yang harus dimiliki oleh setiap lembaga organisasi untuk merealisasikan program kerjanya dan memperbaiki kinerja organisasi. Fungsi-fungsi manajemen ini juga sangat membantu bagi setiap organisasi dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Pengawasan yang efektif didasarkan pada sistem informasi manajemen yang efektif. Sistem informasi manajemen dapat ditetapkan sebagai metode formal untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh manajer agar dapat melaksanakan tugas secara efektif. Nilai informasi yang diberikan oleh sistem informasi manajemen bergantung pada kualitas, kuantitas, dapat diperoleh setiap saat dan relevan dengan kegiatan manajemen . Informasi yang dibutuhkan manejer berbeda-beda bergantung pada tingkat hierarki mereka. Misalnya, manajer pun membutuhkan informasi perencanaan strategi, manejer menengah membutuhkan sumber-sumber informasi baik yang berasal dari luar negeri dari dalam, manejer tingkat bawah yang berurusan dengan pengendalian operasi memerlukan informasi yang akurat dan sangat rinci, dan sebagian besar berasal dari dalam. Pengawasan yang efektif harus melibatkan semua tingkat manajer dari tingkat atas sampai bawah, dan kelompok-kelompok kerja. Konsep pengawasan efektif ini mengacu pada pengawasan mutu terpadu atau Total Quality Control (TOC). TOC sebagai suatu sistem untuk memadukan berbagai macam kualitas (pemeliharaan, perbaikan, pengembangan) produksi dan pemasarannya dengan tingkat harga yang paling ekonomis tetapi dapat memberikan kepuasan kepada pemakainya (Fattah,1996:106). Manajemen sebenarnya tidak hanya di perlukan dalam perusahaan saja, tetapi sebaliknya setiap organisasi apapun jenisnya memerlukan menajemen, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Bahkan organisasi yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan selalu menerapkan manajemen dalam setiap kegiatannya demi kelancaran tugas organisasi. Setiap organisasi didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau dicanangkan sebelumnya, akan berhasil bila organisasi tersebut mampu membuat suatu perencanaan, mengorganisir, memberikan pengarahan-pengarahan kerja, mengkoordinir dalam usaha untuk melakukan rencana yang telah ditetapkan, serta kemampuan organisai tersebut untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja.Tanpa adanya suatu perencanaan yang baik, kemungkinan organisasi tersebut akan mengalami suatu kegagalan atau dalam mencapai tujuan kemungkinan akan lahir suatu hal yang tidak diharapkan, berupa adanya biaya serta tenaga yang sangat besar. Ini disebabkan karena perencanaan pada hakekatnya menetpkan apa yang akan dilakukan dari proses awal sampai kapada pencapaian hasil akhir yang memuaskan. Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan bahwa sebagai bagian dari aktivitas dan tanggung jawab pimpinan, sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi, efektivitas, rasionalitas dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dalan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan, untuk: pertama, menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban. Kedua, mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban terse but. Ketiga, mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi (Soeharyo & Effendy, 2003: 99). Dengan demikian, pengawasan baru bermakna apabila diikuti dengan langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat. Dengan kata lain, tanpa tidak lanjut pengawasan sama sekali tidak ada artinya.
Penutup
Dalam suatu organisasi , pengawasan menjadi salah satu factor yang penting . Tanpa adanya pengawasan , maka kita tidak akan mengetahui apakah suatu organisasi yang kita jalankan itu baik atau tidak bagi semua orang .
Daftar Pustaka
http://google.com/

Kamis, 07 Oktober 2010

penerapan manajeman dalam kehidupan mahasiswa


PENERAPAN MANAJEMAN DALM KEHIDUPAN MAHASISWA

I . pendahuluan

pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis Ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajerial. Yang dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Perkembangan ilmu manajemen yang semakin pesat melahirkan sebuah prinsip – prinsip manajemen yang baik. Dalam rangka menunjang kemajuan perkembangan sistem perguruan tinggi yang baik. Penerapan prinsip manajemen mutu perguruan tinggi sangatlah dibutuhkan, untuk menjamin terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan.
Agar penerapan prinsip manajemen mutu dalam suatu institusi perguruan tinggi menjamin terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan. Institusi harus menyusun sistem mutu dalam bentuk pedoman mutu (Quality Manual), tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu yang ditetapkan. Implementasi sistem manajemen mutu harus diaudit secara berkala dalam rangka memperoleh masukan untuk manajemen review untuk penyempurnaan sistem itu sendiri
Sistem manajemen mutu yang diimplementasikan dengan komitmen yang konsisten, akan memberikan manfaat dan kesuksesan bagi semua pemangku kepentingan dalam institusi perguruan tinggi tersebut. Sehingga untuk mencapai manfaat dan kesuksesan tersebut harus dilandasi dengan beberapa prinsip manajemen mutu yang sudah ditetapkan. 
II . isi

 Mahasiswa adalah tonggak dari sebuah perubahan. Suatu istilah yang tentunya sudah tidak asing lagi kita dengar, yaitu bahwa “Mahasiswa Sebagai Agent Of Change/Agen Perubahan”. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sejarah sebuah bangsa. Pemikiran kritis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi rakyat kepada penguasa, dengan cara mereka sendiri.

Peran mahasiswa sangatlah nyata bagi sebuah perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Diamana peran mahasiswa itu sendiri diantaranya: 1) sebagai penganalisa, pemberi solusi terhadap fenomena ataupun peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, 2) sebagai pengamat dan pengontrol terhadap kebijakan dan keputusan pemerintah, 3) sebagai penyambung lidah atau penyampai aspirasi masyarakat kampus pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, 4) sebagai penyampai kebenaran, 5) sebagai agen perubahan (agent of change), 6) sebagai generasi muda penerus masa depan bangsa.
Disamping itu semua, ada kisah yang menarik dalam kehidupan mahasiswa. Kehidupan yang menarik itu adalah kehidupan yang identik dengan kehidupan kos-kosan. Walaupun kondisi anak kos yang selalu identik dengan keprihatinan seperti yang ada dalam benak sebagian orang. Namun itu tidak semuanya benar. Karena ternyata masih ada diantara mereka yang sanggup merasakan kehidupan yang glamor dengan fasilitas dan kebutuhan yang selalu berkecukupan. Namun, jumlahnya tidak lebih banyak dari mereka yang kondisi ekonomi kosnya pas-pasan. Besar kecilnya pemasukan bergantung pada kiriman dari orang tua. Jika jatah dari orang tua habis sebelum akhir bulan, maka mulailah para anak kos ini beraksi untuk mencari pinjaman kepada teman yang dianggap lebih mampu. Tidak jarang sebagian dari mereka ada yang berhutang di kantin kampus atau warung ibu kos. Bulan berikutnya kembali berhutang, hanya berpindah dari satu teman ke teman lain.

Bagaimana jika teman sudah habis menjadi korban pinjaman? Langkah kedua adalah menjual aset berharga, mulai dari baju, tas, sepatu, dispenser, rice coocker, lemari, HP, dan bahkan sampai komputer. Jika dari kedua usaha di atas ternyata uang yang didapat belum mampu mencukupi kebutuhannya, maka ditempuhlah cara yang ketiga, yaitu memangkas pos pengeluaran yang penting. Misalnya, jatah pembelian buku, biaya makan, ongkos praktikum. Bahkan ada sebagian mahasiswa yang berani menggadaikan surat kendaraannya demi untuk memperoleh uang guna mencukupi kehidupannya di kos. Inilah manajemen kehidupan anak kos yang hidup dalam kondisi serba kekurangan. Disatu sisi kebutuhan hidup kian meningkat dan mau tidak mau harus segera dipenuhi dan disisi lain biaya kuliah yang terus membumbung tinggi dan harus segera dilunasi.

Kehidupan mahasiswa ataupun mahasiswi yang kondisi ekonomi dan kehidupan orang tuanya berada di kelas menengah ke atas, tentunya keadaan seperti ini tidak menjadi msalah. Kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi kehidupan mahasiswa ataupun mahasiswi yang orang tuanya serba kekurangan.

Bagi mahasiswa ataupun mahasiswi yang masih mengandalkan kiriman uang dari orang tua, yang ekonomi orang tuanya menduduki kelas menengah ke bawah, keseharian mereka harus membagi dua fikiran dan konsentrasi belajarnya yang tidak mengenal tempat, saat belajar di ruang kuliah ataupun saat berada di kos-kosan. Disatu sisi mereka memikirkan kuliah yang semakin hari tugas semakin menumpuk apalagi jika sudah mendekati ujian tengah semester (UTS) ataupun ujian akhir semester (UAS). Seakan-akan tidak memberikan kesempatan lagi kepada otak untuk refressing. Disisi lain, mahasiswa ataupun mahasiswi ini harus memikirkan kondisi fisik orang tuanya yang semakin hari semakin lemah dan tentunya ekonomi orang tuanya pun juga ikut melemah. Apalagi bagi mereka yang orang tuanya tidak memiliki penghasilan tetap ataupun penghasilan sampingan. Keadaan seperti ini tentunya akan sengat mengganggu konsentrasi belajar para anak kos ini.

Namun ironisnya, manajemen kehidupan anak kos seperti di atas secara sadar dan bangga diadopsi oleh para mahasiswa dan mahasiswi Indonesia tidak terkecuali para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di Kepulauan Bangka Belitung ini. Mereka dengan sadar dan senang hati menjalani kehidupan seperti ini, tanpa mau berusaha untuk mencari solusi dan jalan keluar terhadap masalah yang selama ini mereka hadapi.

Jika kita mau merenung dan berfikir sejenak, tentunya akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari dalam benak kita. Mengapa semua ini menimpa kehidupan mahasiswa ataupun mahasiswi sebagai salah satu tonggak perubahan negeri ini? Mengapa kondisi ini terjadi di negeri yang kaya raya dengan sumber daya alamnya dan di negeri yang pernah mendapat julukan “Jamrud Katulistiwa” ini?

III . kesimpulan


Ada tiga perspektif yang bisa kita gunakan untuk menguraikan problematika yang kehidupan mahasiswa sebagai anak kos-kosan ini dan tentunya berawal dari kehidupan orang tuanya sebagai masyarakat (warga Negara) Indonesia.

Perspektif pertama, perspektif ekonomi hyang diajukan para ekonom, yang menyatakan bahwa, segala krisis yang terjadi adalah akibat fundamental ekonomi Indonesia yang lemah. Sehingga mereka mengajukan solusi untuk restrukturisasi utang luar negeri, meningkatkan ekspor, dan solusi lainya. Hal ini telah dilakukan tetapi tidak menyelesaikan masalah.

Perspektif kedua, perspektif politik. Penganut perspektif ini mengatakan bahwa, krisis yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh rusaknya tatanan ekonomi, namun lebih disebakan oleh rusaknya tatanan politik, yang berefek pada tidak demokratisnya pemerintah. Beranjaknya dari analisis ini maka demokratisasi dilakukan di segala bidang, pemilihan presiden bahkan sampai pemilihan kepala daerah telah dilakukan secara langsung. Namun, ternyata hasilnya sampai saaat ini belum mampu menyelesaikan krisis multidimensional yang terjadi.

Perspektif ketiga adalah perspektif filosofi radikal. Teori ini memandang bahwa krisis multidimensional yang terjadi saat ini bukanlah semata-mata disebabkan oleh rapuhnya tatanan ekonomi dan rusaknya sistem perpolitikan, namun semua krisis ini disebabkan oleh rapuhnya idiologi Negara. Sehingga berimbas pada kesalahan penerapan sistem. Sistem yang diterapkan saat ini bukanlah sistem yang ideal namun sistem yang cacat sejak lahir dan bersifat self destructive yaitu tatanan sistem kapitalisme-sekuler. Sehingga solusi fundamental untuk menyelesaikan problem kehidupan mahasiwa ataupun mahasiswi serta masyarakat saat ini adalah mengganti sistim sekuler dengan sistem yang baru.

Kegagalan sistem kapitalisme tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun terjadi pula di Negara yang menjadi pengusung sistim ini yaitu Amerika Serikat (AS). Adalah sebuah pilihan yang bijak ketika mengarahkan perubahan sistem tersebut ke arah penerapan Syari’at Islam. Islam adalah satu-satunya idiologi yang mampu memancarkan kemuliaan, bahkan mempersatukan dua per tiga belahan dunia, dan mampu bertahan selama 1300 tahun. Serta berhasil memberi rahmat kepada alam, bukan hanya kepada orang islam semata. Sistem kapitalisme di bawah pimpinan Amerika Serikat belum mampu menyaingi kejayaan sistem Islam. Islam memberikan gambaran-gambaran jika Syari’at Islam diterapkan di bawah naungan Khilafah Islamiyah.

 

IV . daftar pustaka

http://www.google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen

Kamis, 30 September 2010

sejarah perkembangan manajemen

sejarah perkembangan manajeman

Pendahuluan

sejarah perkembangan menajeman merupakan paktor yang sanggat penting dalam peroses bermanajeman . elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan ,

Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Etimologi
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biayaDaniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson[9] Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.[2]
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini. Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.[11]
Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu
Kontribusi lannya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Era moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.

Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.[9] Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.[9]
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.[rujukan?]
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II.[12] Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids."[12] Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.


Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20 . Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga yaitu:
  1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
  2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
  3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha
Sarana manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah . Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari :
  1. Pembagian kerja (Division of work)
  2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
  3. Disiplin (Discipline)
  4. Kesatuan perintah (Unity of command)
  5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
  6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
  7. Penggajian pegawai
  8. Pemusatan (Centralization)
  9. Hirarki (tingkatan)
  10. Ketertiban (Order)
  11. Keadilan dan kejujuran
  12. Stabilitas kondisi karyawan
  13. Prakarsa (Inisiative)
  14. Semangat kesatuan, semangat korps

Penutup

Kesimpulan dari semua teks yang di atas adalah menjelaskan tentang bagaimana bermanajeman dalam kehidupan manusia secara sosial dan moderen

Pustaka

Ubaydillah obet , ( 2010 ) , sejarah perkembangan manajeman , jakarta timur : universitas gunadarma